MAJAS
Majas :
Gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan
yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan
pikiran si pengarang.
v
Macam-Macam Majas :
1) Majas Metafora : Gabungan dua hal yang
berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru.
Contoh : Raja siang, kambing hitam
2) Majas Alegori : Majas perbandingan
yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh.
Contoh
: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
3) Majas Personifikasi : Majas yang
melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda,
sehingga benda mati seolah-olah hidup.
Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru
saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk
4)
Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi )
: Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh
: Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk
5)
Majas Antilesis : Gaya bahasa yang
membandingkan dua hal yang berlawanan.
Contoh : Air susu dibalas air tuba
6)
Majas Hiperbola : Suatu gaya bahasa
yang bersifat melebih – lebihkan.
Contoh
: Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan
7)
Majas Ironi : Gaya bahasa yang
bersifat menyindir dengan halus.
Contoh
: Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca
8)
Majas Litotes : Majas yang digunakan
untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati.
Contoh : Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal
rumahnya besar dan mewah )
9)
Majas Sinisme : Majas yang
menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh
: Perilakumu membuatku kesal
10)
Majas Oksimoron : Majas yang
antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh : Cinta membuatnya
bahagia, tetapi juga membuatnya menangis
11)
Majas Metonimia : Majas yang memakai merek suatu barang.
Contoh
: Kami ke rumah nenek naik kijang
12)
Majas Alusio : Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata yang
artinya diketahui umum.
Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada
proklamasi kemerdekaan tahun 1945
13)
Majas Eufemisme : Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus /
sopan.
Contoh
: Para tunakarya itu perlu diperhatikan
14)
Majas Elipsis : Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat.
Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan
predikat pergi )
15)
Majas Inversi : Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat.
Contoh
: Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
16)
Majas Pleonasme : Majas yang menggunakan kata – kata secara berlebihan
dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh
: Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan
17)
Majas Antiklimaks : Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut
yang makin lama makin menurun.
Contoh
: Para bupati, para camat, dan para kepala desa
18)
Majas Klimaks : Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang
makin lama makin mendebat.
Contoh
: Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek
19)
Majas Retoris : Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah
diketahui.
Contoh
: Siapakah yang tidak ingin hidup ?
20)
Majas Aliterasi : Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya
sama.
Contoh
: Inikah Indahnya Impian ?
21)
Majas Antanaklasis : Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan
makna yang berbeda.
Contoh
: Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah
22)
Majas Repetisi : Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan.
Contoh
: Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku
23)
Majas Paralelisme : Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun
dalam baris yang berbeda.
Contoh
: Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu
24)
Majas Kiasmus : Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung
inverse.
Contoh
: Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya
25)
Majas Simbolik : Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan
membandingkan dengan benda – benda lain.
Contoh
: Dia menjadi lintah darat
26)
Majas Antonomasia : Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang
yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh
: Si pincang, Si
jangkung, Si kribo
jangkung, Si kribo
27)
Majas Tautologi : Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata
– kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti.
Contoh
: Saya khawatir dan was – was dengannya
28)Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai". contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja
29)Antropomorfisme:
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia
untuk hal yang bukan manusia. Contoh:
Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok
merek Djarum) 30)Hipokorisme:
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga
ini sebagai tanda terima kasihku.
31)Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek.
contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya. 32)Totum pro
parte: Pengungkapan
keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
contoh:Indonesia
bertanding volly melawan Thailand.
33)Disfemisme:
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya
contoh:Perilakunya
seperti ular yang menggeliat.
34)Eponim:
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
contoh:Kita
bermain ke rumah Ina.
35)Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan
Contoh: Saya
naik tangga ke atas.
Jenis-Jenis Puisi
Puisi lama
adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
v Jumlah kata dalam 1 baris
v Jumlah baris dalam 1 bait
v Persajakan (rima)
v Banyak suku kata tiap baris
v Irama
Ciri puisi lama:
Ø Merupakan puisi rakyat yang tak
dikenal nama pengarangnya.
Ø Disampaikan lewat mulut ke mulut,
jadi merupakan sastra lisan.
Ø Sangat terikat oleh aturan-aturan
seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
1)Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2)Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
3)Karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
4)Seloka adalah
pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
5)Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
6)Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
7)Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
v Bentuknya rapi, simetris;
v Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur);
v Banyak mempergunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
v Sebagian besar puisi empat seuntai;
v Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra
(kesatuan sintaksis)
v Tiap gatranya terdiri atas dua kata
(sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
1)Balada adalah
puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh:
Ibu musang di lingdung pohon tua meliang
bayi dua ditinggal mati lakinya
Bulan sabit terkait malam memberita
datangnya
waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah
ia
dirasukinya dusun-dusun, semak-semak,
taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyayikan berita panas
dendam warga desa
menggetari ujung bulu-bulunya tapi
dikibaskanya juga.
Membumbung juga nyanyi kolik sampai
mati tiba-tiba
oleh lengking pekik yang lebih
menggigilkan pucuk-pucuk daun
tertangkap musang betiana dibunuh
esok harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas
rejeqi hariannya
ibu yang baik, matinya baik, pada
bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan merataplah kolik
meratap juga
dan bayi-bayinya bertanya akan bunda
pada angin Tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
matilah anak-anak musang, mati
dua-duanya
Dan jalannya semua peristiwa
tanpa dudungan satu dosa. Tanpa.
2)Himne adalah
puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau almamater(Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian
himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan,
berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan)
yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara
sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang
patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
3)Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
4)Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang
di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti
tergilas.
6)Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada
cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu
tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari
berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap
harap
sekali tiba di ujung dan sekalian
selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan
bisa terdekap
7)Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair
salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru
dilihat dari bentuknya antara lain:
8)Distikon, adalah puisi
yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
9)Terzina, puisi yang
tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
10)Kuatrain, puisi yang
tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
11)Kuint, adalah puisi
yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
12)Sektet, adalah puisi
yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
13)Septime, adalah puisi
yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
14)Oktaf/Stanza, adalah puisi
yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan
seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
15)Soneta, adalah puisi
yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama
masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta
berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia)
perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi
yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
oleh Muhammad Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai
”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk
pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan
dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya
(empat belas baris).
Contoh:
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang (
b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang (
b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan
kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan
perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman.
Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam
kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional
puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang
memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan
lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di
Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
§ Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga
kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
§ Ibrahim Sattah dengan
kumpulan puisinya Hai Ti
§ Hamid Jabbar dengan
kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
1)Puisi mantra adalah
puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang
yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri
mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang
dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan
akibat tertentu
Mantra berfungsi sebagai penghubung
manusia dengan dunia misteri
Mantra mengutamakan efek atau akibat
berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
2)Puisi mbeling adalah
bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk
menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado,
lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi
mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
Mengutamakan unsur kelakar; pengarang
memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan
tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan
(tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya
sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok
mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak
bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian
itu terlalu berlebih-lebihan
Menyampaikan kritik sosial terutama
terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
Menyampaikan ejekan kepada para
penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut
puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3)Puisi konkret adalah
puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus
selusin toga
me nga nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
Biografi
Chairil Anwar
Chairil Anwar dilahirkan di
Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan.
Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu,
saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban
ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang
berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia.
Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala
tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia
bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda
menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan
sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada
ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman
dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil
Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa
kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu
persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat
untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap,
menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain
bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan
mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami
bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati,
Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil.
Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun,
kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan
gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur
7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal
dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan
sipilis.
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan
banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh
terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti
kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang
notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di
tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang
bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
” CHAIRIL ANWAR SANG LEGEND “
Puisi Karya Chairil
Anwar
AKU
Kalau
sampai waktuku
'Ku mau
tak seorang 'kan merayu
Tidak
juga kau
Tak
perlu sedu sedan itu
Aku ini
binatang jalang
dari
kumpulannya terbuang
Biar
peluru menembus kulitku
Aku
tetap meradang menerajang
Luka
dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga
hilang pedih peri
Dan aku
akan lebih tidak peduli
Aku
mahu hidup seribu tahun lagi
DOA
Kepada
Pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh
seluruh
Cahayamu panas suci
tinggal kerdip lilin
dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara dinegeri
asing
Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
November 1943
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam
dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku,
pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
PUISI
KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok
kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba
bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat
wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah.
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah.
Lambang-Lambang Puisi
1)Lambang warna hitam melambangkan kesedihan, warna putih = kesucian,
warna kuning = kesetiaan, warna biru = harapan, jingga = kebencian.
Contoh :
Tapi halusnya putih pergi kembara
Bulan keramik putih tanpa darah
Warna jingga adalah mata Samijo
Menatap ia, menatap amat tajamnya.
Padamkan jingga apimu. Padamkan !
Demi selaput suteraku putih: padamkan!
2)Lambang bunyi artinya makna khusus suatu alat musik atau perpaduan bunyi – bunyi tertentu yang mempunyai arti tertentu .
Tapi halusnya putih pergi kembara
Bulan keramik putih tanpa darah
Warna jingga adalah mata Samijo
Menatap ia, menatap amat tajamnya.
Padamkan jingga apimu. Padamkan !
Demi selaput suteraku putih: padamkan!
2)Lambang bunyi artinya makna khusus suatu alat musik atau perpaduan bunyi – bunyi tertentu yang mempunyai arti tertentu .
Contoh:
Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pohon pina
Tembang mengema di dua kaki
Burangrang – Tangkuban Perahu
Jamrut di pucuk-pucuk
3)Lambang suasana artinya peristiwa / keadaan yang tidak digambarkan seperti apa adanya tetapi diganti dengan yang lain.
Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pohon pina
Tembang mengema di dua kaki
Burangrang – Tangkuban Perahu
Jamrut di pucuk-pucuk
3)Lambang suasana artinya peristiwa / keadaan yang tidak digambarkan seperti apa adanya tetapi diganti dengan yang lain.
Contoh :
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah
4)Lambang Kata hujan gerimis melambangkan suasana sedih/ duka
Contoh :
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama -Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama -Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Tuhanku
Aku hilang bentuk
5)Lambang Irama/ Ritme ialah pengulangan bunyi , kata, frasa, kalimat untuk menciptakan keindahan yang teratur.
Contoh :
Pagiku hilang / sudah melayang
Hari mudaku / telah pergi
Kini petang / datang membayang
Batang usiaku / sudah tinggi
Pagiku hilang / sudah melayang
Hari mudaku / telah pergi
Kini petang / datang membayang
Batang usiaku / sudah tinggi
Ø Nama : Kevin Andhika Ramadhan
Ø Kelas : X-9
Ø No
Abesent :22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar